Ilustrasi kawasan perkantoran Jakarta

Ilustrasi kawasan perkantoran Jakarta

Terlihat Peningkatan di Sektor Properti di Tiga Bulan Pertama 2025  

Industry.co.id

Hariyanto Industri

Jumat, 25 April 2025 15:27 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta – Selama kuartal pertama tahun 2025, kinerja sektor properti untuk berbagai kelas aset menunjukkan dinamika yang cukup signifikan. Beberapa pasar, seperti ritel, masih menunjukkan kondisi yang cukup positif. Namun, pasar perhotelan mengalami sedikit penurunan akibat kebijakan efisiensi anggaran pemerintah.

Sementara itu, pasar perkantoran dan apartemen terus mengalami koreksi akibat kondisi ekonomi yang kurang stabil saat ini. Dengan maraknya pemberitaan tentang perang tarif yang sedang berlangsung, banyak pihak bertanya-tanya apakah situasi ini turut memberikan dampak terhadap sektor properti.

Menurut Ferry Salanto, Head of Research Colliers Indonesia, perang dagang tidak memberikan dampak langsung terhadap sektor properti. “Yang dikhawatirkan dari perang dagang ini adalah perlambatan ekonomi di Indonesia. Selama ini, Indonesia memang menggenjot ekspor ke negara lain, namun secara historis, kebanyakan komoditi atau barang-barang yang diekspor belum menjadi barang jadi, sehingga nilainya pun tidak terlalu tinggi.” kata Ferry yang dikutip pada, Jumat (25/4/2025).

“Berkurangnya ekspor akan menyebabkan beban bagi negara. Jika pemasukan negara berkurang, hal ini akan mempengaruhi ekonomi kita. Dengan kondisi ekonomi yang menurun, sektor properti Indonesia juga akan terkena dampaknya.” tambah Ferry. 

Di tengah kondisi ini, Colliers tetap melihat adanya peluang yang cukup baik untuk Indonesia, terutama terhadap sektor industrial. Kondisi ini dapat memicu perusahaan multinasional untuk merelokasi pabrik mereka dari China ke negara-negara dengan biaya produksi lebih murah, salah satunya Indonesia. Potensi seperti ini seharusnya dapat menciptakan peluang yang lebih besar bagi sektor manufaktur di Indonesia, terutama dalam industri elektronik, tekstil, dan otomotif.

Namun di luar dari kondisi ini, performa tiap-tiap sektor cukup berbeda pada kuartal pertama tahun 2025. Beberapa sektor dilihat memiliki potensi yang cukup baik dan proyeksi yang positif, namun beberapa diantaranya masih terus terkoreksi hingga saat ini. 

Sektor Perkantoran di Jakarta dalam tiga bulan pertama tahun 2025, tercatat adanya sedikit permintaan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2024. Namun, mengingat ketidakstabilan situasi ekonomi yang sedang berlangsung, peningkatan tersebut tetap terbatas, dan penyerapan ruang kantor diperkirakan akan terus tertekan. 

Meskipun diperkirakan akan membaik, pemulihan kemungkinan akan tumbuh secara moderat. Akibatnya, pemilik properti akan tetap berhati-hati dalam menerapkan biaya sewa, terutama untuk gedung perkantoran yang kesulitan mencapai tingkat okupansi yang sehat. Lanskap ekonomi yang tidak pasti kemungkinan akan terus mempengaruhi aktivitas sewa kantor, di mana banyak penyewa yang masih ragu untuk berkomitmen jangka panjang. 

Pemilik properti akan terus menerapkan strategi penyewaan yang fleksibel, termasuk biaya sewa yang dapat disesuaikan, jangka waktu kontrak, dan tata letak kantor, untuk mengakomodasi bisnis yang menghadapi masa-masa yang tidak pasti. Melihat peluang untuk meningkatan kualitas gedung, dengan mengintegrasikan fitur bangunan hijau, mungkin bisa membawa efek positif bagi pemilik properti yang memiliki anggaran yang cukup. 

Hal ini tidak hanya akan meningkatkan daya tarik gedung bagi calon penyewa tetapi juga sejalan dengan meningkatnya minat terhadap gedung berbasis ESG dari penyewa internasional. Dengan fokus pada keberlanjutan dan modernisasi properti mereka, pemilik properti dapat memposisikan gedung mereka sebagai pilihan menarik bagi bisnis yang ingin memasuki pasar Jakarta.

Sektor Apartemen di Jakarta mencerminkan tren yang diamati pada tahun 2024, pasar apartemen di Jakarta selama Q1 2025 masih didukung oleh insentif pemerintah—pembebasan PPN 100% untuk paruh pertama tahun ini dan 50% di semester ke 2. Namun, kinerja penjualan tidak mengalami perubahan, karena efek insentif di sektor apartemen tidak terlalu berpengaruh pada penjulaan dibandingkan terhadap pasar rumah tapak. Colliers memperkirakan dinamika ini akan berlanjut sepanjang tahun 2025.

Para pengembang juga berfokus pada penyelesaian proyek yang ada dan fokus untuk menghabiskan sisa stok lama daripada meluncurkan proyek baru. Dengan fokus pada penyelesaian proyek, selama Q1 ada ada dua pengembangan di Jakarta Selatan yang memulai proses serah terima.

Kami merekomendasikan agar para pengembang terus memprioritaskan penyelesaian proyek yang sedang dibangun, karena hal ini bisa meningkatkan kepercayaan pembeli. Selain itu, mengadopsi skema pembayaran yang lebih fleksibel dan penawaran promosi strategis—seperti rencana cicilan yang diperpanjang, jaminan sewa, atau voucher untuk mengisi perabot di unit apartemen—dapat membantu mendorong penjualan.

Sektor Ritel di Jakarta saat ini ditandai oleh beberapa petunjuk yang beragam. Di satu sisi, pemilik toko berhati-hati dalam ekspansi karena daya beli turun—terutama di segmen dengan pendapatan menengah ke bawah yang belumstabil. Di sisi lain, mal terus berkembang dengan penyewa baru yang berfokus pada rekreasi dan hiburan, pengalaman digital interaktif, dan konsep makan yang beragam menarik lalu lintas pengunjung. 

Pemilik properti merespons dengan menawarkan paket biaya okupansi yang kompetitif. Untuk tetap unggul, baik pemilik properti maupun pengecer harus tetap gesit—secara teratur memantau profil pengunjung, pola pengeluaran, dan konsep hiburan yang muncul—dan siap untuk menyesuaikan strategi penyewaan dan promosi sesuai kebutuhan. 

Sektor Perhotelan di Jakarta pada awal tahun 2025 diperkirakan menjadi titik terendah bagi pasar hotel di Jakarta, terutama karena lambatnya awal aktivitas bisnis dan bulan Ramadhan yang jatuh pada bulan Maret. Hal ini menjadikan bulan Maret sebagai salah satu bulan dengan kinerja terendah sepanjang tahun 2025. Selain itu, dampak dari langkah-langkah efisiensi pemerintah cukup terasa, terutama bagi hotel yang sangat bergantung pada pasar pemerintah.

Jika tidak ada pelonggaran dari pemerintah, hampir dapat dipastikan bahwa pasar hotel di Jakarta akan bergantung sepenuhnya pada sektor non-pemerintah. Para pengelola hotel harus menemukan pasar dan sumber pendapatan tambahan untuk tetap bertahan; jika tidak, tahun 2025 akan cukup berat bagi mereka.

Sektor Perhotelan di Bali meskipun sebagian besar pasar hotel melayani wisatawan rekreasi, sektor MICE tetap sangat dipengaruhi oleh aktivitas pemerintah. Langkah-langkah efisiensi pemerintah memiliki dampak yang signifikan, dan bulan Ramadhan juga mempengaruhi wisatawan domestik.

Kinerja hotel di Bali diperkirakan membaik mulai dari liburan Idul Fitri, dengan peningkatan aktivitas wisatawan domestik. Selain itu, musim liburan pada bulan Juni di beberapa benua diharapkan dapat meningkatkan kedatangan wisatawan asing.

Para pengelola hotel di Bali menghadapi tantangan yang cukup besar. Penurunan pasar domestik berdampak signifikan pada beberapa hotel, sehingga memerlukan perubahan fokus pasar mereka. Kondisi ekonomi global, yang menyebabkan kecemasan dan mempengaruhi daya beli, juga harus dipertimbangkan. Prinsip "Jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang" sangat penting bagi pelaku bisnis hotel. 

Diversifikasi pasar dengan komposisi yang seimbang dapat membantu meminimalkan kerugian. Berkolaborasi dengan agen perjalanan, maskapai penerbangan, dan sektor bisnis lainnya untuk memperluas pasar dapat menjadi solusi yang layak untuk meningkatkan pendapatan.

Komentar